Aku bertemu denganmu di suatu siang yang panas kala aku sedang bergegas menuruni tangga batu perpustakaan. Kau menghentikan ketergesaanku karena bertanya akan sesuatu. Aku menjawab sekenenya dan kembali bergegas meninggalkanmu. Sesungguhnya, saat itu aku enggan untuk berkata-kata. Aku sedang patah hati...
Masalah orang ketiga adalah masalah klise. Sekaligus masalah paling klasik yang sering menyebabkan putusnya hubungan sepasang kekasih. Dan hari itu....aku yang mengalaminya. Dia meninggalkanku. Dan...men-ce-rai-kan-ku..
Di dalam strada hitamku, sambil ditemani alunan lembut I can't make you love me, hatiku hancur. Sedih. Nelangsa. Marah. Marah terhadapnya, marah terhadap si orang ketiga, dan terlebih...marah pada diriku sendiri. Apalah yang luput dariku selama ini...? Kurangku? Salahku? Sehingga akhirnya ia lebih memilih yang lain daripada diriku??
Masih larut dalam kesedihan dan kemarahanku, suara klakson membahana dan mengagetkanku. Sekaligus mengembalikanku ke dunia nyata. Dan??? Aku terkejut. Berteriak. Takut. Merasa bersalah. Di depanku...sebuah mobil jazz hitam yang sedang melintas menyeberang nyaris tertabrak olehku. Ya Tuhan...!!! Aku gemetaran. Segera bergegas keluar dari mobilku. Berusaha meminta maaf akan kealpaanku.
Beberapa pengendara motor memaki.
Aku tak peduli.
Kuketuk kaca pintu mobil jazz itu.
Dari dalam mobil seseorang keluar.
Dan aku terkejut melihat sosoknya.
Itu kamu...!!
Yang bertemu denganku tadi.
Dan ia....tersenyum padaku....
***
EMPAT BULAN KEMUDIAN
Aku meneguk teh tarikku yang tinggal separuh gelas. Makan siang kali ini sungguh nikmat. Mie aceh sosis dan segelas teh tarik. Lebih nikmat lagi karena ada dirimu yang menemaniku.
"Nambah lagi?"
Aku menggeleng. "Gendut nanti," ujarku.
Dia terbahak. "Still beautiful."
Aku mendengus kesal. "Gombal!"
"Jadi...habis ini...kita kemana?" tanyanya.
Aku mengangkat bahuku. "Entah! Kamu mau kemana?"
Dia menggeleng. "Kerjaanku sudah selesai. Hari ini...aku bebas-bebas saja."
"Pacarmu?" tanyaku.
Dia menatapku. "Pacar?"
"Dua minggu tiada kabar beritanya...kupikir kau sedang berkelana mencari pacar."
Dia terbahak.
Aku juga. Terbahak. Lega.
"Masih dua-empat. Masih panjang jalannya..." katamu.
"Aku waktu dua-empat sudah punya 'buntut'." kataku.
Dia tersenyum. "Jalan hidup seorang kan sendiri-sendiri..."
"Dan nyaris bercerai empat bulan yang lalu..." ujarku lirih.
Dia menatapku. "Kamu...bahagia?"
Aku terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkannya barusan.
Bahagia???
Pikiranku menerawang jauh ke sana. Apakah aku bahagia? Selama ini...dan terutama sejak kejadian yang nyaris menghancurkan keluarga mungilku....???
Satu per satu kepingan-kepingan cerita itu muncul di benakku. Dan sungguh...meskipun aku enggan untuk menyusunnya menjadi utuh....namun aku tetap menyusunnya. Keping demi keping...
***
1 komentar:
hmmmmmmmmmm..tokoh pria mengingat kan saya dengan murid saya yang pandai membaca mantra...hhohoho
Posting Komentar